Beranda / Kisah Inspiratif

Tariqo Pangan, Sandang, Papan, Teknologi

Halo, salam kenal, saya Tariqo. Saya penggila teknologi, pencinta AI, dan penikmat kopi.

Biasanya, orang hanya memiliki tiga kebutuhan dasar dalam hidupnya: Pangan, Sandang, dan Papan. Tapi dalam kasus saya, ada satu kebutuhan lagi yang harus disertakan, yaitu: Teknologi.

Kok bisa? Karena dengan teknologi, saya yang disabilitas menjadi bisabilitas.


***

Saya berasal dari keluarga sederhana di kota kecil Baturaja, OKU, Sumatera Selatan. Saya kehilangan pengelihatan saat berusia 11 tahun, dan hal itu mengubah segalanya dalam hidup.

Cita-cita sebelumnya—pilot, fisikawan, dokter—seketika hilang dari wish list. Paradigma umum pun datang menggantikan mimpi-mimpi itu dengan profesi stereotip tunanetra: tukang pijat, pengamen, bahkan peminta-minta.

Namun, semua itu berubah drastis ketika saya mengenal teknologi asistif berupa aplikasi pembaca layar (screen reader).


***

Saya mulai mengenal komputer bicara dan internet sejak tahun 2006 saat duduk di bangku SMA melalui Yayasan Mitra Netra. Di sana saya menemukan ketertarikan mendalam terhadap dunia web programming seperti HTML, Javascript, CSS, dan PHP. Saya dan teman-teman menyalurkan hobi tersebut melalui sebuah wadah bernama kartunet.com, yang menjadi website citizen media pertama buatan tunanetra di Indonesia.

Pengalaman tersebut membuka pintu baru bagi kami. Kami mulai berjejaring dengan komunitas dan perusahaan teknologi ternama, bahkan sempat diundang oleh beberapa stasiun televisi nasional.


Memasuki tahun 2009, saya mulai tertarik dengan digital marketing. Saya banyak belajar mengenai blogging, SEO, content writing, e-commerce, hingga dunia abu-abu monetisasi online. Menariknya, semua kegiatan ini sangat mudah diakses oleh saya sebagai penyandang tunanetra. Dengan komputer dan internet, saya bisa menghasilkan pendapatan langsung dari rumah.

Puncaknya, pada tahun 2015 saya berhasil membeli rumah pertama secara tunai, dilanjutkan dengan membeli mobil pertama untuk istri saya setahun kemudian. Mungkin bagi sebagian orang ini hal biasa, tapi bagi saya, pencapaian ini sungguh luar biasa.


Di tahun 2019, saya mulai serius membangun bisnis. Berawal dari belajar dropshipping di forum Facebook, saya melakukan riset kecil dan memutuskan untuk menjual poster kayu dengan brand Dekardekor. Mulanya hanya dropship dengan teman yang memiliki produk, tetapi tiga bulan kemudian saya membuka workshop sendiri dengan beberapa karyawan produksi, desain, dan marketing.


Saat ini, Dekardekor telah sukses menjual ratusan ribu produk ke seluruh Indonesia dan negara-negara ASEAN. Kami memiliki lebih dari 50 ribu pengikut di Shopee, puluhan ribu review positif, dan mendapatkan berbagai penghargaan nasional seperti Kreatif Lokal Award 2020 dari Adira Finance dan Wirausaha Muda Mandiri 2022 dari Bank Mandiri.


Selain mengembangkan bisnis, saya juga aktif sebagai trainer kewirausahaan digital dan AI dalam wadah komunitas Rumah Pengusaha Disabilitas (disabilitas.org). Tahun lalu, misalnya, kami bekerja sama dengan Kemenparekraf RI menyelenggarakan pelatihan bertajuk "Merdeka Berdaya dengan Go Digital" yang fokus pada integrasi AI dengan digital marketing.


Selain aktif sebagai trainer di Disabilitas.org, saya juga pernah berpartisifasi pada kegiatan Inkusi Digital yang diadakan oleh BAKTI Kominfo, atau saat ini Komdigi. Saya pernah menjadi pembicara, instruktur training of traner pada tahun 2020, juga sebagai peserta Pendalaman Digital Marketing di tahun 2022 untuk mendapatkan insight baru di dunia digital marketing.


Inkusi Digital ini sangat menarik, karena penyandang disabilitas akhirnya memiliki vasilitator yang dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan disabilitas mereka masing-masing. Tidak seperti sebelumnya yang saya alami, saya lebih banyak beradaptasi dengan materi yang ada dengan situasi saya, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar dan mengerti.


Menurut saya, peranan pemerintah sangat penting guna mendukung kemandirian penyandang disabilitas melalui teknologi, khususnya digital marketing, karena hal tersebut mampu dilakukan dari mana saja, dengan modal yang murah, dan yang paling penting aksesibel, sehingga kami bisa setara dalam bersaing dengan masyarakat luas.


Saat ini, passion saya adalah mendalami Generative AI. Saya menciptakan berbagai aplikasi, website, dan tools dengan AI, salah satunya my.notix.id, sebuah WhatsApp gateway yang membantu bisnis mengotomatisasi layanan melalui WhatsApp Messenger. Notix mampu terintegrasi dengan website, aplikasi, CRM, dan bahkan AI seperti ChatGPT atau Gemini untuk menciptakan chatbot cerdas. Notix dibangun full AI, mulai dari konfigurasi server, coding script, pembuatan Dashboard, sampai konten-semua dibantu AI.

Menariknya, banyak klien saya tidak menyadari bahwa saya adalah tunanetra. Dan ini adalah bukti nyata bahwa teknologi dan AI mampu mengubah disabilitas menjadi bisabilitas.


Saya percaya, keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti bermimpi, melainkan tantangan untuk menemukan solusi. Dan bagi saya, solusi itu bernama Teknologi.


Bagikan Kisah Inspiratif ini

Kisah Inspiratif Terkait

Kisah Inspiratif Lainnya